
Kabar duka kembali datang dari dunia kepenulisan tanah air, salah satu penulis kenamaan Indonesia yang merupakan pencipta karakter ikonik Lupus yakni Hilman Hariwijaya meninggal dunia. Kepergian Hilman kali ini jelas meninggalkan duka tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya penikmat cerita Lupus yang populer pada masanya.
Bagi anak-anak era akhir 80an dan awal 90an, siapa yang tak kenal tokoh Lupus ciptaan Hilman? Anak SMA Merah Putih yang selalu cuek bebek, gemar mengunyah permen karet, berambut ala John Taylor sekaligus wartawan freelance majalah HAI.
Karakter Lupus yang pertama dikenalkan lewat cerita serial yang terbit di majalah Hai itu telah banyak menemani masa remaja anak-anak era tahun 1980 hingga tahun 1990-an. Hilman menuliskan Lupus persis seperti mayoritas remaja saat itu. Berjejalan di bis kota, mengayuh sepeda balap, atau beramai-ramai naik mobil orang tua teman yang kebetulan kaya. Sering bokek dan ditolak cewek. Karakter Lupus juga dikenal dengan sifatnya yang konyol, hingga membuatnya disukai oleh seluruh teman-temannya Cerita Lupus lebih banyak mengulik kehidupan sehari-hari Lupus di rumah, sekolah, dan kisah-kisah pertemanannya..
Tokoh Lupus memiliki gambaran karakter yang menyenangkan, jadi jangan heran kenapa akhirnya Lupus ini hampir selalu bisa mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Lupus menjadi patron idaman remaja-remaja masa itu. Populernya Lupus juga diikuti dengan ramainya remaja berambut ala John Taylor, dengan jambul panjang di depan, tetapi tetap pendek di belakang. Dan satu lagi, sejak Lupus, semua remaja kembali mengunyah permen karet.
Dianggap mewakili karakter remaja di era 1980-an, kolom tersebut akhirnya populer dan selalu dinanti hingga akhirnya diangkat ke dalam bentuk novel dan film, yang melibatkan seniman sekaligus penulis kawakan lainnya untuk berkolaborasi bersama Hilman, yakni Gusur Adhikarya dan Boim Lebon.
Hilman memang telah pergi. Namun, karya-karyanya akan tetap abadi. Terima kasih telah mewarnai masa remaja generasi 90-an kami.