Sesuai dengan kurikulum yang ada, menulis puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui beberapa kendala. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari, apalagi dibuat.
Dalam pembelajaran sastra (menulis puisi) banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu karena merasa tidak berbakat. Siswa seringkali blank serta membutuhkan waktu lama ketika ditugasi untuk menulis sebuah puisi. Bahkan ketika waktu yang disediakan telah terlampaui, kadangkala masih ada siswa yang belum bisa menghasilkan sebuah puisi.
Salah satu hal yang menjadi kendala siswa dalam menulis puisi adalah siswa merasa kesulitan menemukan dan menciptakan kata yang menjadi bahan utama puisi. Sebagaimana kita ketahui, kekuatan puisi sebagai salah satu karya sastra terletak dalam rangkaian kata yang digunakan. Penggunaan kata-kata yang tepat dan susunan kata yang sesuai dapat “menyihir” dan ”membius” pembacanya memasuki alam lain yang tak kasat mata. Penggunaan metafor akan membuat puisi menjadi sebuah rangkaian kata yang menarik. Selain memberikan makna yang dalam, juga indah dinikmati. Oleh karena itu dalam menulis puisi amat penting untuk selektif dalam pemilihan kata dan penempatannya.
Dalam kaitannya dengan mencipta sebuah kata atau rangkaian kata, sesungguhnya secara sederhana dapat dilakukan melalui reproduksi kata. Reproduksi kata adalah menciptakan kata-kata baru yang (mungkin) tidak lazim dengan menggunakan kata-kata yang sudah ada dengan cara menggabungkan dua kata atau lebih. Misalnya untuk mengungkapkan kesedihan bagi sepasang kekasih yang hendak berpisah telah sering digunakan ungkapan ’melambaikan tangan’. Untuk menciptakan kesan dan perasaan yang lebih dalam dan indah, ungkapan tersebut dapat diganti dengan ’melambaikan kecemasan’. Untuk menggambarkan kesedihan yang teramat sangat, ungkapan ’mencurahkan air mata’ dapat diganti dengan ’melayari air mata’. Dan sebagainya.
Sebagai latihan, guru dapat menuliskan beberapa kata untuk kemudian ditambahkan oleh siswa. Misalnya sebagai berikut.
Kata dari guru | Kata tambahan dari siswa |
rindu
mengeja menyulam menjemput matahari mencerna sepi hujan kepingan |
mencengkeram/ yang musnah/ mendera
isyarat/senyummu/ cuaca kata/ rindu/ kenangan/ badai gelisah/ risau/ angan membara/ letih/ memanggang kata/ duka/ perih/ luka merayap/ mengutuk/ menikam menyapa/ melukis resah rindu/ angan/ mimpi dan sebagainya … |
Latihan ini dapat dilakukan berulang-ulang dengan kata yang berbeda-beda. Semakin sering dilakukan, siswa akan semakin terlatih untuk menciptakan kata-kata baru untuk mewakili perasaannya yang akan diungkapkan dalam puisi. Bila sudah mampu kreatif mencipta kata, maka siswa akan makin kreatif juga dalam merangkai kata-kata tersebut dalam sebuah puisi. Salam.###
wah….bagus nih tulisannya, aku suka nulis puisi tp asal aja hehe
http://puisisurga.wordpress.com
yang penting sudah berani memulai
saya juga masih belajar
Salam kenal, Bu.
postingan Ibu yang ini sangat menarik, karena menginspirasi saya untuk mempraktikkan di kelas demi keberhasilan anak-anak. Terima kasih.
Oh, ya, Bu, tolong beri tahu teknik menulis ijzah yang dapat meminimalisasai kesalahan.
Salam kekerabatan.
terima kasih kunjungan baliknya,
mudah-mudahan sukses praktik menulis puisinya
kita memang harus selalu berbagi demi keberhasilan siswa dan pendidikan kita
Wah, terima kasih nih Bu buat postingan ini. Saya sangat ingin menerbitkan sebuah kumpulan puisi. Dan puisi saya udah lumayan banyak. Kalau boleh mohon masukannya untuk puisi-puisi saya di http://kapocong.wordpress.com
terima kasih kunjungannya
syukur bila Anda mendapat sesuatu yang bermanfaat di sini dan mencoba mempraktikkannya
semoga makin bersemangat dalam menulis