Hari ini, 17 Agustus 2012, bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan yang ke-67. Peringatan kemerdekaan seringkali menjadi momentum untuk membaca kembali Indonesia sesungguhnya. Sejauh mana perjalanan bangsa Indonesia ini telah sampai, apa saja yang telah dicapai, serta apa saja yang musti dibenahi.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memaknai peringatan kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Tak terkecuali dalam jagad sastra Indonesia, banyak karya-karya sastra yang berbicara mengenai kemerdekaan. Sebagai contoh, cerpen Merdeka karya Putu Wijaya (selengkapnya baca di sini), puisi Rasanya Baru Kemarin karya Gus Mus (puisi refleksi kemerdekaan yang selalu direvisi setiap tanggal 17 Agustus, hingga mencapai versi ke- 10), puisi Proklamasi 2 (sebuah puisi yang memparodikan teks asli Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) karya Hamid Jabbar, puisi Untuk Apa Kita Merdeka karya Fadli Zon, dan sebagainya. Meskipun disampaikan dengan berbagai gaya, melalui karya-karya sastra tersebut, sesungguhnya para sastrawan mengajak pembaca (masyarakat Indonesia) untuk membaca Indonesia secara lebih dekat untuk kemudian melakukan refleksi atas makna kemerdekaan itu sendiri.
Berikut ini beberapa puisi yang mencoba membaca Indonesia secara lebih dekat dengan harapan pembaca dapat melakukan refleksi terhadap perjalanan kemerdekaan bangsa ini. Selamat membaca.
Untuk Apa Kita Merdeka
untuk apa kita merdeka
ketika rakyat tetap bergelimang kemiskinan
pengangguran menyergap hampir setiap keluarga
kesenjangan makin menganga
dan korupsi bebas merajalela
untuk apa kita merdeka
mengorbankan jiwa dan raga sepanjang sejarah
dipenjara disiksa diasingkan
diplomasi dan gerilya yang panjang
airmata dan darah tak henti jatuh ke tanah
kalau hanya berganti penjajah
pidatomu Bung Karno masih terngiang
tapi kini menabrak tembok-tembok lengang
pikiranmu Bung Hatta masih kubaca, jauh menembus zaman
tapi sekarang cita-citamu semakin karam
perahu ini tak tentu akan kemana
berlayar di tengah gulita
terombang-ambing tanpa nakhoda
untuk apa kita merdeka
kalau akhirnya cuma begini saja
aku bukan generasi keluh kesah
tak juga memupuk sejuta gundah
aku bertanya padamu jiwa-jiwa merdeka
sampai kapan kita berdiam saja
Fadli Zon, 14 Agustus 2011
Renungan 66 tahun Proklamasi
PUISI KEMERDEKAAN GUS MUS Versi X