Pada tahun pelajaran 2015/2016 ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan dan menerapkan Program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) untuk diterapkan di sekolah. Salah satu isi dari program tersebut adalah penumbuhan potensi unik dan utuh setiap anak yang dilakukan dengan kegiatan wajib membaca buku 15 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Melalui pembiasaan membaca, diharapkan bisa menumbuhkembangkan potensi utuh para siswa. Buku yang dibaca bukan buku mata pelajaran. Hal yang terpenting, buku itu harus pantas dan disukai oleh para siswa sesuai dengan tingkatannya. Buku-buku yang dibaca bisa berjenis sastra Indonesia dan luar negeri. Bahkan jenis bacaan serupa koran atau majalah bisa digunakan sekolah.
Program pembiasaan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat minta baca paling rendah di dunia. Minat baca masyarakat Indonesia memang sangat mengkhawatirkan. Sastrawan Taufik Ismail bahkan mengatakan siswa kita sudah menderita ‘rabun’ membaca dan ‘pincang’ menulis. Sementara itu, di negara-negara lain, sudah berpuluh-puluh tahun lalu membaca menjadi kewajiban siswa di bangku sekolah – membaca buku selain buku paket pelajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika kemampuan literasi siswa-siswa kita menduduki peringkat paling rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Rendahnya minat baca ini pada akhirnya akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Meski sangat terlambat, upaya ini patut diapresiasi. Namun demikian, upaya menumbuhkan minat baca, khususnya bagi pelajar, tentu tidak mudah. Terlebih di tengah serbuan perkembangan teknologi yang nyaris tak terbendung dan telah mencengkeram waktu generasi muda. Hal ini terlihat setelah hampir 2 bulan tahun pelajaran berjalan, kebiasaan membaca ini belum dapat maksimal dilaksanakan di sekolah. Siswa masih tampak enggan membaca buku.
Menumbuhkan minat baca memang menjadi masalah yang hampir tidak pernah selesai bagi bangsa ini. Harga buku dan ketersediaan buku selalu menjadi alasan. Membeli buku selalu menempati urutan daftar kebutuhan paling bawah. Dan jika harga-harga kebutuhan konsumtif lainnya naik, kebutuhan membeli buku-lah yang pertama kali akan dicoret dari daftar kebutuhan. Padahal, masyarakat bisa sangat konsumtif untuk hal-hal lain.
Selain itu, dalam kehidupan masyarakat juga menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak pernah membaca pun dapat hidup sejahtera, dapat hidup kaya – ukuran materi yang selalu digadang-gadang oleh setiap orang. Jadi, untuk apa harus membaca, yang penting sudah hidup enak. Berbagai propaganda tentang manfaat membaca buku yang sering disampaikan juga tidak mampu mengubah keadaan.
Menumbuhkan minat baca tidak cukup hanya dengan peraturan atau perintah. Untuk awal memang perlu sedikit dipaksakan, dalam arti dipaksakan dalam penyediaan waktu sebagaimana diprogramkan oleh Kememdikbud. Namun demikian, bahan bacaan diserahkan/dibebaskan kepada siswa – yang tentunya tetap memperhatikan unsur kemanfaatannya. Bacaan yang bermanfaat tentu akan membantu menumbuhkan potensi siswa.
Penumbuhan minat baca di sekolah, tentunya memerlukan peran guru. Guru harus menjadi model atau contoh. Guru harus lebih dulu memiliki minat baca yang baik sebelum menuntut siswa gemar membaca. Selain itu, guru yang sering membaca buku akan memiliki referensi berbagai bacaan yang baik dan banyak. Dengan begitu, guru akan lebih mudah merekomendasikan bacaan-bacaan yang baik tersebut kepada para siswa. Guru juga tidak khawatir siswa akan salah memilih bacaan.
Kebiasaan membaca juga harus dibangun oleh lingkungan, yaitu lingkungan yang mendukung tumbuhnya minat baca. Selain penyediaan waktu, penumbuhan minat baca juga harus dilakukan dengan penyediaan buku-buku yang berkualitas, baik di perpustakaan sekolah maupun perpustakaan kelas, penyediaan koran dinding di tempat-tempat strategis, juga buku-buku elektronik untuk menyiasati siswa yang saat ini memang cenderung lebih akrab dengan teknologi. Dengan upaya ini diharapkan minat baca siswa akan semakin tumbuh. Salam.##