Guru bukanlah profesi yang mudah dijalani. Tugas guru adalah mengajar dan mendidik. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu sebagai agent of learning, tetapi juga harus mampu memerankan dirinya sebagai agent of change (agen perubahan) bagi peserta didik. Untuk itu, seorang guru diharapkan dapat menjadi seorang pendidik yang tidak hanya sebatas mengajar, tetapi juga harus mampu menjadi motivator serta terlibat langsung dalam proses pengubahan sikap dan perilaku peserta didik.
Terkait dengan pelajaran menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi guru merupakan hal penting dan tak dapat diabaikan. Mengingat, kemampuan menulis peserta didik saat ini masih perlu dibangkitkan. Pelajaran menulis atau mengarang bukanlah hal yang mudah bagi peserta didik. Bagi sebagian besar peserta didik, tugas mengungkapkan buah pikiran dalam bentuk tulisan seringkali menjadi momok. Banyak peserta didik yang merasa tersiksa ketika mengerjakan tugas ini. Meskipun pada akhirnya mereka menghasilkan tulisan, hasilnya seringkali banyak yang jauh dari tujuan.
Guru merupakan tempat belajar bagi peserta didik. Demikian juga dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, guru harus sabar dan tekun dalam membimbing peserta didik dalam belajar menulis. Yang sering terjadi selama ini, guru hanya membaca sekilas, mengukur panjang pendeknya tulisan, baik tidaknya bentuk tulisan kemudian memberi nilai. Yang lebih memprihatinkan adalah peserta didik diberi tugas menulis, kemudian peserta didik mengumpulkan tulisan, tetapi guru hanya menumpuk kertas-kertas tersebut tanpa pernah membuka atau membacanya.
Penilaian atau penghargaan guru terhadap tulisan peserta didik masih sangat kurang. Kalau pun ada, penilaian guru terkesan menghakimi. Guru hanya peduli pada angka-angka sebagai nilai yang kaku. Guru hanya berpandangan bahwa hasil akhir pembelajaran adalah angka. Penilaian tidak disertai catatan-catatan yang membuat peserta didik mengetahui kekurangan ataupun kelebihannya. Akibatnya, kemauan peserta didik untuk terus menulis tidak tumbuh.
Perlu disadari, catatan guru pada tulisan peserta didik dapat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Catatan guru merupakan bentuk respon guru terhadap hasil kerja peserta didik dalam menyelesaiakan tugas yang diberikan. Catatan guru hendaknya tidak diberikan dengan kata-kata atau kalimat yang menghakimi yang dapat memupus motivasi peserta didik, misalnya “judul tidak sesuai tema”, “kalimat-kalimatmu tidak efektif”, “tidak bisakah mencari tema baru?”, dan sebagainya.
Catatan guru hendaknya diwujudkan dalam komentar yang positif berupa kata-kata progresif bukan kritik tanpa solusi. Catatan tersebut terkait dengan pujian atau pernyataan-pernyataan yang memperkaya pemikiran peserta didik. Hal ini memberikan kesan guru memperhatikan yang ingin disampaikan peserta didik dan menangkap maksud dibalik tulisan peserta didik sehingga peserta didik merasa diberi motivasi individual. Misalnya, guru bisa menuliskan “bagus, coba tema baru”, “bagus, tambahkan deskripsi agar cerita lebih hidup, terus berlatih”. Atau “Anda telah berusaha dengan sungguh-sungguh, memulai dengan amat berat, tapi Anda menunjukkan kemajuan yang sangat baik, teruslah berusaha. Perbaiki kalimat pembukanya, lebih banyak mencari referensi, jangan takut membuat analisis, lantas berikan kesimpulan yang kokoh.”
Di samping itu, guru harus mau memberikan apresiasi terhadap hasil tulisan peserta didik yang cukup menonjol. Jika ada peserta didik yang mampu menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu, guru seharusnya mau mengarahkan peserta didiknya untuk mengirimkan tulisan tersebut, seperti puisi, artikel, resensi, cerpen, dan sebagainya ke media massa, minimal pada majalah sekolah. Guru juga bisa memberikan apresiasi pada peserta didik tersebut dengan memberikan hadiah berupa buku-buku yang dapat memotivasi kegiatan tulis menulis. Salam.##.